Dalam dunia
pendidikan saat ini, sering kita menemukan konflik baik antar siswa dalam satu
lingkungan sekolah maupun dengan siswa yang berasal dari sekolah lain. Konflik
antar siswa ini harus segera diselesaikan dengan baik agar tidak berkepanjangan
dan semakin parah. Tawuran pelajar yang
sering terjadi merupakan contoh dari dampak penyelesaian konflik yang tidak baik dan tidak tuntas.
sering terjadi merupakan contoh dari dampak penyelesaian konflik yang tidak baik dan tidak tuntas.
Untuk menengahi sebuah
konflik mari kita belajar dari Rasulullah. Bagaimana beliau menengahi suatu
konflik. Pada peristiwa pelatakkan kembali Hajar Aswad setelah Ka’bah
direnovasi karena mengalami kerusakan akibat banjir. Pada saat itu semua orang
Mekkah terlibat dalam perbaikan Ka’bat tersebut. Namun, konflik muncul ketika
akan meletakkan hajar aswad ke tempatnya semula. Setiap suku mengaku bahwa
kaumnyalah yang paling berhak mendapatkan kehormatan meletakkan hajar aswad
tersebut. Konflik tersebut hamper saja menyulut pertumpahan darah sampai
akhirnya mereka membuat kesepakatan bahwa yang berhak meletakkan kembali hajar
aswad adalah orang yang datang pertama kali ke Bab Al Shafa pada esok harinya.
Ternyata mereka mendapati Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib sebagai
orang yang datang pertama kali di tempat tersebut. Sesuai kesepakatan maka yang
berhak meletakkan Hajar Aswad adalah Muhammad. Namun dengan kebijasanaan yang
luar biasa, Muhammad muda tidak menggunakan kesempatan tersebut untuk
kepentingan dirinya. Muhammad menginginkan perdamaian antar suku dan mencoba
memberikan solusi dengan menggandeng seluruh suku untuk terlibat dalam
peristiwa peletakkan hajar aswad tersebut. Muhammad menggelar sorbannya
kemudian meletakkan hajar Aswad di tengah sorban lalu meminta ketua-ketua suku
mengangkat Hajar Aswad bersama-sama. Dengan kebijakan tersebut konflik dapat
dituntaskan dan pertumpahan darah dapat dihindarkan. Semua pihak merasa puas
dengan solusi yang diberikan Muhammad.
Dari kisah
tersebut kita mendapatkan hikmah bahwa sungguh Rasulullah merupakan manusia
yang paling bijaksana bahkan sejak sebelum diangkat menjadi Rasul. Manajemen
konflik Rasulullah sangat jitu dan mampu menyelesaikan masalah hingga ke
akar-akarnya.
Setiap guru
harus memahami perannya dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antar
siswanya. Konflik yang ia temui harus dapat diselesaikan secara bijaksana.
Seorang guru yang baik tidak hanya mengajar di dalam kelas tetapi juga ia harus
mengambil peran yang strategis dalam menyelesaikan konflik. Bagi seorang guru
konflik dapat dijadikan media pembelajaran bagi siswanya, yaitu siswa diajarkan
agar mempunyai semangat solusi, berpikir dewasa, mau menerima perbedaan,
menghargai pendapat orang lain dan mengurangi ego.
Tak ketinggalan
dalam hal ini adalah peran orang tua. Guru harus mampu mengkomunikasi konflik
yang terjadi antar siswa kepada orang tua dengan cara yang bijaksana.
Komunikasi dengan orang tua perlu dilakukan agar orang tua memberi dukungan
terhadap langkah-langkah yang dilakukan guru dalam rangka menyelesaikan konflik
putra-putrinya. Komunikasi yang kurang bijak dalam masalah ini dapat
mengakibatkan permasalahan yang serius dan jauh dari harapan, bukan dukungan
yang kita peroleh malah orang tua melibatkan diri dengan membela putra-putinya sehingga
mengakibatkan permasalahan semakin rumit. Tentu hal itu tidak kita inginkan
oleh karena itu komunikasi yang efektif dan bijaksana menjadi kuncinya.
Cara menengahi konflik
Berikut ini ada beberapa tips
dalam menengahi konflik
1.
Ikhlas
Dari pelajaran
hajar aswad di atas kita lihat bagaimana keikhlasan Muhammad dalam berbagi
kehormatan dengan suku-suku lain agar mendapatkan kehormatan yang sama. Kunci
pertama dalam penyelesaian konflik adalah keikhlasan bukan hanya guru sebagai
penengah tapi juga semua pihak yang terlibat.
2.
Bersikap netral
Guru harus
dapat menjaga independensi dan objektivitas dalam menilai permasalahan. Seorang
penengah yang baik adalah yang tidak terlibat atau mendukung salah satu pihak
dalam permasalahan yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Netral dalam hal ini
adalah objektivitas dalam menilai permasalahan dan ketegasan dalam menentukan
benar salah sehingga dapat bersikap adil dalam menilai permasalahan
3.
Memahami akar permasalahan
Untuk
mengetahui pernyakit seorang dokter akan memeriksa dan mendiagnosa pasiennya.
Demikian juga dalam menanagani sebuah konflik harus diketahui terlebih dahulu
akar permasalahannya. Untuk memahami akar permasalahan dengan benar, sebaiknya
seorang guru mengumpulkan keterangan yang lengkap dari berbagai sumber seputar
permasalahan yang dihadapi. Ingat dalam memahami akar permasalahan ini harus
tetap dijaga objektivitas dan indpendensi serta dalam rangka mencari solusi
bukan untuk menentukan kesalahan pada salah satu pihak
4.
mengingatkan tujuan ke sekolah
Tujuan
berangkat ke sekolah seringkali dilupakan oleh siswa. Oleh karena itu sangat
penting seorang guru senantiasa mengingatkan mereka akan niat utama mereka
berangkat ke sekolah, terutama ketika mereka sedang terlibat konflik dengan
teman-temannya. Dengan demikian siswa akan berusaha untuk focus pada tujuan
utama sekolahnya dan mencoba untuk mengurangi konflik.
5.
pembinaan dan semangat solusi
Pembinaan dan menanamkan semangat solusi dalam
penyelesaian konflik sangat dibutuhkan agar konflik yang terjadi tidak terulang
di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment