/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Nafeeza Collection (Aneka Tas)

Sunday 13 October 2013

Menengahi Konflik antar Siswa


Dalam dunia pendidikan saat ini, sering kita menemukan konflik baik antar siswa dalam satu lingkungan sekolah maupun dengan siswa yang berasal dari sekolah lain. Konflik antar siswa ini harus segera diselesaikan dengan baik agar tidak berkepanjangan dan semakin parah. Tawuran pelajar yang
sering terjadi merupakan contoh dari dampak penyelesaian konflik yang tidak baik dan tidak tuntas.  
Untuk menengahi sebuah konflik mari kita belajar dari Rasulullah. Bagaimana beliau menengahi suatu konflik. Pada peristiwa pelatakkan kembali Hajar Aswad setelah Ka’bah direnovasi karena mengalami kerusakan akibat banjir. Pada saat itu semua orang Mekkah terlibat dalam perbaikan Ka’bat tersebut. Namun, konflik muncul ketika akan meletakkan hajar aswad ke tempatnya semula. Setiap suku mengaku bahwa kaumnyalah yang paling berhak mendapatkan kehormatan meletakkan hajar aswad tersebut. Konflik tersebut hamper saja menyulut pertumpahan darah sampai akhirnya mereka membuat kesepakatan bahwa yang berhak meletakkan kembali hajar aswad adalah orang yang datang pertama kali ke Bab Al Shafa pada esok harinya. Ternyata mereka mendapati Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib sebagai orang yang datang pertama kali di tempat tersebut. Sesuai kesepakatan maka yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah Muhammad. Namun dengan kebijasanaan yang luar biasa, Muhammad muda tidak menggunakan kesempatan tersebut untuk kepentingan dirinya. Muhammad menginginkan perdamaian antar suku dan mencoba memberikan solusi dengan menggandeng seluruh suku untuk terlibat dalam peristiwa peletakkan hajar aswad tersebut. Muhammad menggelar sorbannya kemudian meletakkan hajar Aswad di tengah sorban lalu meminta ketua-ketua suku mengangkat Hajar Aswad bersama-sama. Dengan kebijakan tersebut konflik dapat dituntaskan dan pertumpahan darah dapat dihindarkan. Semua pihak merasa puas dengan solusi yang diberikan Muhammad.
Dari kisah tersebut kita mendapatkan hikmah bahwa sungguh Rasulullah merupakan manusia yang paling bijaksana bahkan sejak sebelum diangkat menjadi Rasul. Manajemen konflik Rasulullah sangat jitu dan mampu menyelesaikan masalah hingga ke akar-akarnya.
Setiap guru harus memahami perannya dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antar siswanya. Konflik yang ia temui harus dapat diselesaikan secara bijaksana. Seorang guru yang baik tidak hanya mengajar di dalam kelas tetapi juga ia harus mengambil peran yang strategis dalam menyelesaikan konflik. Bagi seorang guru konflik dapat dijadikan media pembelajaran bagi siswanya, yaitu siswa diajarkan agar mempunyai semangat solusi, berpikir dewasa, mau menerima perbedaan, menghargai pendapat orang lain dan mengurangi ego.
Tak ketinggalan dalam hal ini adalah peran orang tua. Guru harus mampu mengkomunikasi konflik yang terjadi antar siswa kepada orang tua dengan cara yang bijaksana. Komunikasi dengan orang tua perlu dilakukan agar orang tua memberi dukungan terhadap langkah-langkah yang dilakukan guru dalam rangka menyelesaikan konflik putra-putrinya. Komunikasi yang kurang bijak dalam masalah ini dapat mengakibatkan permasalahan yang serius dan jauh dari harapan, bukan dukungan yang kita peroleh malah orang tua melibatkan diri dengan membela putra-putinya sehingga mengakibatkan permasalahan semakin rumit. Tentu hal itu tidak kita inginkan oleh karena itu komunikasi yang efektif dan bijaksana menjadi kuncinya.
Cara menengahi konflik
Berikut ini ada beberapa tips dalam menengahi konflik
1.      Ikhlas
Dari pelajaran hajar aswad di atas kita lihat bagaimana keikhlasan Muhammad dalam berbagi kehormatan dengan suku-suku lain agar mendapatkan kehormatan yang sama. Kunci pertama dalam penyelesaian konflik adalah keikhlasan bukan hanya guru sebagai penengah tapi juga semua pihak yang terlibat.
2.      Bersikap netral
Guru harus dapat menjaga independensi dan objektivitas dalam menilai permasalahan. Seorang penengah yang baik adalah yang tidak terlibat atau mendukung salah satu pihak dalam permasalahan yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Netral dalam hal ini adalah objektivitas dalam menilai permasalahan dan ketegasan dalam menentukan benar salah sehingga dapat bersikap adil dalam menilai permasalahan
3.      Memahami akar permasalahan
Untuk mengetahui pernyakit seorang dokter akan memeriksa dan mendiagnosa pasiennya. Demikian juga dalam menanagani sebuah konflik harus diketahui terlebih dahulu akar permasalahannya. Untuk memahami akar permasalahan dengan benar, sebaiknya seorang guru mengumpulkan keterangan yang lengkap dari berbagai sumber seputar permasalahan yang dihadapi. Ingat dalam memahami akar permasalahan ini harus tetap dijaga objektivitas dan indpendensi serta dalam rangka mencari solusi bukan untuk menentukan kesalahan pada salah satu pihak
4.      mengingatkan tujuan ke sekolah
Tujuan berangkat ke sekolah seringkali dilupakan oleh siswa. Oleh karena itu sangat penting seorang guru senantiasa mengingatkan mereka akan niat utama mereka berangkat ke sekolah, terutama ketika mereka sedang terlibat konflik dengan teman-temannya. Dengan demikian siswa akan berusaha untuk focus pada tujuan utama sekolahnya dan mencoba untuk mengurangi konflik.
5.      pembinaan dan semangat solusi
Pembinaan dan menanamkan semangat solusi dalam penyelesaian konflik sangat dibutuhkan agar konflik yang terjadi tidak terulang di kemudian hari.

No comments:

Post a Comment